Cerita Membaca dan Menulis

Entah apakah ini awal dari cerita ini atau bukan, semoga ini seperti awal sebuah cerita.

Tahun lalu, saya memulai sebuah hoby baru. Membaca buku, iya membaca buku terdengar sangat sederhana untuk menjadi sebuah hoby. Membaca tentu bukan hal asing bagi banyak orang, demikian pula bagiku. Bahkan dulu sebelum aku masuk ke Taman Kanak-kanak (TK) aku sudah lancar membaca.

Mamat kecil (Mamat sebagai Matheus sebagai Sang Pena) tinggal bersama neneknya (yang juga pernah aku tulis dalam tulisanku terdahulu). Dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan adik-adiknya. Mamat tinggal disebuah desa nan sejuk dan damai. Dimana view dari desa itu menjadi inspirasi semua gambar pemandangan anak-anak SD di negeri ini (dua gunung, sawah jalanan desa, dll).

Desa itu benar-benar indah, seindah imajinasi anak-anak negeri melukiskan indahnya negeri ini. Mamat kecil hidup dalam kesederhanaan dan lugunya alam. Darisinilah Mamat kecil mengenal membaca, dari neneknya yang cantik dan dulu bercita-cita menjadi seorang guru. Dengan kasih sayang dan kesabaran yang luar biasa, Mamat menikmati satu hal yang kini disepelekan banyak orang, “Membaca”.

Begitu semangat membaca, dimanapun Mamat pergi dia akan selalu membaca apapun tulisan disekitarnya. Walau dia belum tau apa isi atau pesan dalam tulisan itu. Terlebih kakeknya juga setiap pagi membaca koran kala itu. Maka Mamat berlagak seperti seorang dewasa yang mencoba mengikuti berita terkini di negeri ini.

Singkat cerita Mamat tumbuh menjadi seorang anak yang gemar membaca. Setelah SMP Mamat tinggal bersama orang tuanya didaerah dimana dua gunung kembar dalam gambar pemandangan itu berada. Sepulang sekolah, sering sekali dia mampir keperpustakaan di kotanya. Dirumahpun dia sering membaca koran langganan.

Membaca bukanlah hal yang asing dan jauh dari kehidupan Mamat. Tetapi baru tahun lalu Mamat bisa menikmati benar sebuah keindahan dari “membaca”. Ketika membaca bukan hanya membaca berita politik atau kejadian kriminal dinegeri ini. Ketika membaca bukan sekedar untuk membaca. Ketika Mamat menemukan dirinya saat ia membaca.

Membaca menjadi candu dalam satu tahun belakangan ini. Buku-buku bertemakan pengembangan diri dan novel menjadi air jernih pelepas dahaganya. Dari membaca satu buku dalam kurun waktu yang begitu lama, sekarang dia berkali-kali lipat lebih cepat membaca buku. Seorang penulis asal Brasil menjadi tokoh penulis idolanya kini (Paulo Coelho).

Padahal dulu dia menganggap remeh temannya yang membaca novel karya penulis ini. Tapi kini dia menjadi pemburu buku-buku karya penulis ini. Dulu dia menikmati film hanya sebatas film, kini dia menyadari betapa karya tulis luar biasa tercipta sebelum film itu ada. Perahu Kertas, Rectoverso, dan yang terbaru Filosofi Kopi adalah sederet film penuh makna yang sangat disukai Mamat.

Itu semua adalah buah pikir seorang penulis Indonesia yang sangat dia kagumi saat ini. Dee Lestari. Pemikiran Dee yang terkesan “bebas” tetapi “sangat dalam” menggali emosi pada setiap sisi kehidupan, membuatnya terkagum-kagum. Dee menunjukan bahwa kehidupan ini begitu sederhana, tapi tak sesederhana itu.

Dalam hidup yang sederhana, terdapat makna mendalam dan cerita yang kaya akan arti. Bagi Mamat, setiap orang yang memaknai hidup dalam kesederhanaan adalah mereka yang mengerti arti dan makna kehidupan yang sesungguhnya. Buku-buku karya Dee Lestari dan Paulo Coelho menunjukan itu kepada Mamat.

Kembali pada hal “konyol” yang disepelekan banyak orang saat ini, “membaca”. Mamat kini melihat lebih banyak hal dalam maknanya masing-masing ketika dia membaca. Terlebih ketika dia juga memutuskan untuk “menulis”. Kepekaan akan makna dan arti setiap kejadian dalam hidup semakin dia rasakan.

Hidup itu indah begini adanya, seperti dalam #filosofikopithemovie : “hidup ini seperti kopi, sesempurna apapun dia, tetap ada sisi pahitnya.” Itulah kesempurnaan hidup, menikmati setiap sisinya sebagai kesatuan rasa yang saling melengkapi.

Dan paragraf ini bukanlah sebuah akhir, tapi sebuah awal untuk kita semua memulai dan semakin mencintai membaca. Temukan dirimu dalam setiap buku yang kamu baca.


“Reading brings knowledge, writing brings Wisdom.”


Pict : http://webstagra.ms/tag/nerdigan




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diambil dari : Suar Aksara - Sudah Saatnya (Bandung)

Puisi : Kamus Kecil - Joko Pinurbo

51 yang (Ber)lalu