Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Cerita Membaca dan Menulis

Gambar
Entah apakah ini awal dari cerita ini atau bukan, semoga ini seperti awal sebuah cerita. Tahun lalu, saya memulai sebuah hoby baru. Membaca buku, iya membaca buku terdengar sangat sederhana untuk menjadi sebuah hoby. Membaca tentu bukan hal asing bagi banyak orang, demikian pula bagiku. Bahkan dulu sebelum aku masuk ke Taman Kanak-kanak (TK) aku sudah lancar membaca. Mamat kecil (Mamat sebagai Matheus sebagai Sang Pena) tinggal bersama neneknya (yang juga pernah aku tulis dalam tulisanku terdahulu). Dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan adik-adiknya. Mamat tinggal disebuah desa nan sejuk dan damai. Dimana view dari desa itu menjadi inspirasi semua gambar pemandangan anak-anak SD di negeri ini (dua gunung, sawah jalanan desa, dll). Desa itu benar-benar indah, seindah imajinasi anak-anak negeri melukiskan indahnya negeri ini. Mamat kecil hidup dalam kesederhanaan dan lugunya alam. Darisinilah Mamat kecil mengenal membaca, dari neneknya yang cantik dan dulu bercit

Cinta Lukisan Senja

Gambar
Sore itu, iya itu sore. Atau mungkin masih siang aku lupa. Hanya karena sedari pagi aku di tempat ini, tak lagi ku hiraukan waktu. Oke, aku ingat, itu di sebuah siang. Sebuah siang yang terik. Kuingat dari banyaknya cahaya yang menerobos kaca bening di samping tempat dudukku. Ku ingat pula saat mataku bermain dengan tarian bayang-bayang dedaunan di luar jendela.  Beberapa buku menemaniku duduk terhipnotis oleh sepatah kata, "menunggu". Menunggu waktu, menunggu semesta, menunggu mentari, menunggu senyummu. Entah apalagi yang harus ku tunggu, karena hidup sepertinya lebih suka mempersilahkan kita untuk menunggu. Terlalu banyak waktu dihabiskan untuk "menunggu". Sampai-sampai tak ada yang bertanya apa itu arti "menunggu".  Semua merasa kenal dan dekat dengan "menunggu". Menunggu malam, ketika malam datang maka berganti menunggu pagi. Menunggu lapar, ketika lapar maka makan sembari menunggu kenyang. Menunggumu, setelah kau datang, haruskah a

Cinta Tak Bertanya

Gambar
Seorang pemuda yang selalu takut memandang wanita bertanya : "Siapa wanita yang layak aku cintai?" "Seberapa angkuh kah cinta, harus menentukan standar kelayakan?" Seorang muda yang datang dengan sepeda tua bertanya : "Apakah dengan sepeda tuaku ini sudah cukup modal untuk aku mencintai?" "Semahal apakah cinta, sampai hanya orang kaya yang boleh memilikinya?" Seorang Ibu yang lelah dengan pekerjaan rumahnya bertanya : "Haruskah aku menentukan siapa wanita yang tepat untuk anakku kelak?" "Butakah cinta, sampai ia tak mampu memilih?" Seorang tua mantan tentara perang bertanya : "Jika aku mati dalam perang, apakah istriku kehilangan cintaku?" "Hidup dimanakah cinta, bukankah ia hidup dalam hati? Bukan dalam ingatan." Seorang anak kecil bertanya : "Apakah Ibuku berhenti mencintaiku ketika dia memarahiku?" "Bukankah matahari tetap bersinar, walau manusia mengel