Apakah kita peduli?
"Peduli tentang apa? Mengapa judulnya seperti itu?"
Baiklah, jadi begini. Pernahkah kita mendengar sebuah ungkapan "Takkan ada yang peduli pada mimpi kita kecuali diri kita sendiri?" Ya, kira-kira begitu. Benar bukan? Orang lain tak akan ada yang peduli dengan mimpi kita. Mungkin karena mereka juga tengah mencari mimpinya, atau sudah menemukan dan sedang menggelutinya. Tapi tunggu dulu.
Setidaknya ada beberapa hal yang akan kita bahas sebelum lebih jauh lagi. Pertama, aku punya mimpi. Kedua, mampukah kucapai mimpiku. Ketiga, pedulikah dengan mimpiku?
Mari kita mulai dari yang pertama. Aku punya mimpi, dalam bahasa kerennya "I Have A Dream" - Martin Luther King Jr. Ungkapan yang begitu powerful ini terjadi dalam pidatonya pada tahun 1963 mengenai Kesetaraan Ras dan Diskriminasi. Siapa sangka sebuah ungkapan sederhana ini membawa kekuatan yang begitu magis. Banyak orang meremehkan mimpi. Mimpi orang lain, bahkan mimpinya sendiri. Sungguh ironi. Tetapi berbicara mimpi, berdasarkan waktu pencapaiannya boleh dibagi menjadi tiga jenis. Mimpi jangka pendek, sedang dan jangka panjang.
Kali ini aku hanya akan membahas mimpi jangka pendekku. Yang sebenarnya juga ada kaitannya dengan mimpi jangka panjangku. Singkatnya adalah, aku tergabung dalam sebuah komunitas di Kota Salatiga yang bernama Linnaaw Student Center (LSC). LSC adalah sebuah komunitas sosial yang bergerak di banyak bidang, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Nah, pada bulan agustus 2017 nanti LSC akan mengadakan sebuah trip atau perjalanan ke Kupang. Dalam rangka pelayanan di sebuah desa. Tepatnya pada tanggal 18 sampai 26. Ini dia mimpi jangka pendekku yang sedang aku doakan.
Kita tiba di bagian kedua. Mampukah kucapai mimpiku? "Ketika seseorang benar-benar menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantu orang tersebut untuk mewujudkan mimpinya." Paulo Coelho mengatakan hal itu dalam bukunya yang berjudul The Alchemist. Buku yang juga merupakan salah satu buku terlaris di dunia. Beberapa ungkapan tentang impian atau mimpi selalu menggema dengan begitu luar biasanya. Walaupun mungkin mimpi itu sederhana. Seperti mimpiku, sederhana. Pada 18-26 agustus aku bermimpi untuk bisa melakukan perjalanan ke Kupang bersama tim dari LSC. Sederhana sekali. Sekilas tak ada artinya. Tetapi tahukah jika perjalanan itu akan menjadi yang pertama kali aku menjejakkan kaki di Indonesia Bagian Timur? jika itu tercapai. Menjadi pertama kalinya bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat Kupang langsung di rumah mereka. Dan bahkan bisa mendengarkan apa masalah mereka, apa cerita hidup mereka dan bagaimana mereka bisa bersyukur dengan kehidupan di sana. Luar biasa.
Masalahnya sekarang adalah, bagaimana aku dapat mencapai mimpi itu. Sederhana saja. Inilah bagian yang ketiga, pedulikah dengan mimpiku? Ya, bagaimana aku mencapainya dan pedulikah anda dengan mimpiku? yang sederhana ini. Untuk mencapai mimpiku yang begitu sederhana ini, aku hanya cukup menyiapkan uang sejumlah lebih kurang 1,8 juta rupiah. Nominal yang cukup kecil kelihatannya. Tetapi, sekali lagi. Segala sesuatu selalu berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin dari sudut pandang beberapa orang itu jumlah yang sangat kecil. Tetapi bagiku kini, itu jumlah yang tak sedikit. Karena nyatanya aku tidak memilikinya. Untuk itu aku harus mencarinya, agar dapat mewujudkan mimpi jangka pendekku itu. Sampai detik ini, aku masih belum punya uang untuk mimpiku itu. Maka, pedulikah kita dengan mimpiku?
Seperti ungkapan di awal tadi bahwa orang sering kali tidak peduli pada mimpi kita, kecuali diri kita sendiri. Seperti itulah kenyataan yang sering dan harus kita terima. Contoh, anak kecil yang tas sekolahnya rusak. Diperjalanan pulang dari sekolah, ia melihat banyak sekali tas bagus-bagus tergantung di dinding dan langit-langit sebuah toko. Maka ia bermimpi, suatu saat harus memiliki salah satu di antaranya. Meski mungkin anak itu tak tahu bagaimana cara ia mendapatkannya dan mewujudkan mimpi sederhananya itu. Sekarang, siapa yang paduli padanya? Toh, selama ini kita tak pernah mengerti kan banyak anak sekolah yang tak memiliki tas untuk datang ke sekolah. Banyak anak sekolah yang hanya bisa memuji tas-tas bagus di etalase toko. Padahal itu sederhana. Sebuah mimpi yang sangat sederhana.
"Seperti apapun perlakuan dunia terhadap mimpimu, tetaplah hargai mimpimu. Sesederhana apapun itu. Setidaknya kita punya dan kita tahu apa yang kita impikan."
Matheus Aribowo
Salatiga, 20 Juli 2017
Berat. Berat. Berat.
BalasHapusGe, bru liat ini hahaha kandas Ge, bukn berat lg hahaha
Hapus