Puisi : PER ( H E N T I ) AN


Seketika segalanya berhenti termangu
Menyaksikan namamu menguap dari kepalaku

Telingaku pun kini begitu pemalu memilih lagu
Tak mau ia dengar lantunan lagu-lagu sendu
Takkan rela membiarkan ada yang remuk pilu



Ragaku masih segar menetap hari-hari esok

Namun langkah ini perlahan tapi pasti mulai terseok
Ku pahami harus ada yang pergi dan berganti
Namun pikiranku tak mampu menahan hati tuk henti



Kau, masih satu-satunya yang ku tunggu senyum dan sapamu

Di saat yang sama, kau juga satu-satunya yang tak ku inginkan bertemu
Di saat yang sama pula ruang rinduku menyerah pada pelukmu
Sedang logika di kepalaku berperang melawan hadirmu



Matheus Aribowo
Salatiga, 26 Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diambil dari : Suar Aksara - Sudah Saatnya (Bandung)

Puisi : Kamus Kecil - Joko Pinurbo

51 yang (Ber)lalu