Sketsa : Bintang yang Bersembunyi


Ini menjadi malam yang begitu dingin di akhir musim kemarau. Langit di luar sana kelabu pekat. Tak ada bintang tampak satu pun. Semua berada di persembunyiannya. Jalanan sunyi sepi, tak ada yang lalu lalang atau sekadar melintas.
Seorang gadis berambut hitam panjang nan berkilau, duduk di atas meja. Ia menghadap jendela yang tertutup. Dalam kamar yang gelap tanpa nyala lampu. Cahaya lampu jalanan mengintip dari celah-celah jendela. Membentuk kotak bergaris-garis berwarna kuning.
Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, dengan tatapan kosong ke arah jendela. Sambil sesekali menunduk seperti berdoa.
Ketika jarum jam dinding mulai merayap mendekati angka 2, ia mengatakan sesuatu dengan perlahan.
“Terkadang aku ingin melihat masa depanku, tapi tak bisa.”
“Apakah aku hanya akan hidup dengan cara; lahir, sekolah, kuliah, lulus lalu bekerja, setalah itu menikah, memiliki kerluarga, menjadi tua dan kembali menjadi debu?”
Ia kembali menatap jendela itu dalam tatapan kosongnya yang menghipnotis. Seolah-olah berharap akan ada suara yang seketika muncul dan menjawab pertanyaannya.
“Kita tak perlu melihat masa depan. Biarlah ia tetap menjadi misteri.”
“Cobalah hidup dengan menghargai misteri yang ada. Biarkan takdir tetap menjadi kejutan-kejutan dalam ketidaktahuan manusia.”
Ia kaget dan gusar melihat kesana kemari. Darimana suara itu, pikirnya. Tiba-tiba saja muncul mengagetkannya.
“Seperti bintang-bintang di langit nan jauh di sana. Mereka malam ini ada di tempat mereka masing-masing. Kau tak melihatnya tentu saja. Tetapi kau juga pasti percaya mereka ada disana.”
Seakan tersihir kata-kata misterius itu, ia mengangguk dan akhirnya tertunduk.
“Jangan takut, teguhkan dan kuatkan hatimu.” Terdengar lagi suara itu, disusul suara ayam berkokok bersahut-sahutan. Tanda pagi baru, tangah lahir di balik jendela.
“Tidurlah nak, biarkan Aku meracik mimpimu.”
“Mungkin di malam yang lain, aku akan bertemu bintang-bintang yang bersembunyi itu.” Katanya sesaat sebelum berpindah ke tempat tidur dan menutup mata.

Pict : pictify.com

Matheus Aribowo
Salatiga, 24 Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diambil dari : Suar Aksara - Sudah Saatnya (Bandung)

Puisi : Kamus Kecil - Joko Pinurbo

51 yang (Ber)lalu