Aplistos si Jerapah & Burung Nazzar

Di sebuah samudra maha luas, hiduplah seekor jerapah bernama Aplistos. Ia tinggal seorang diri di sebuah pulau yang kecil, yang hanya sebesar halaman rumah. Selain hanya berisi padang rumput, pulau itu ditumbuhi sebuah pohon akasia yang daun-daunnya merupakan makanan kesukaan Aplistos.
Aplistos merawat dengan baik pohon akasia itu. Ia sirami pohon itu setiap hari. Bahkan saat malam ia pun tidur di bawahnya. Karena memang bentuk pohon akasia yang seperti payung dan meneduhkan.
Suatu hari datanglah seekor burung pemakan bangkai, Nazzar namanya. Tampak kelelahan, Nazzar beristirahat di salah satu ranting pohon akasia. Seketika Aplistos terbangun dari tidur siangnya, karena mendengar kepak burung itu. Aplistos belum pernah melihat Nazzar sebelumnya. Dalam hatinya ia mulai khawatir. Ia mulai takut kalau Nazzar akan menghabiskan biji-biji dan merusak bunga dan daun pohon akasia kesayangannya.
Ia segera bangkit dan mengusir Nazzar dengan sekali hardik.
“Tinggalkan pohon ini!” katanya dengan marah.
Nazzar yang tengah kelelahan setelah menyeberangi samudra pun kaget dan terjatuh di atas rumput.
“Jangan kau makan dan kau rusak pohon akasia milikku ini!”
Nazzar justru bingung melihat seekor jerapah setinggi 5 meter itu marah-marah. Padahal Nazzar ini karnivora, jadi ia tidak memakan tumbuhan. Namun muncul ide jahil dari Nazzar. Nazzar kembali terbang dan hinggap di atas ranting pohon akasia itu dan berpura-pura memakan daunnya.
Karena Aplistos terlanjur marah dan tidak mengetahui kalau Nazzar bukanlah binatang pemakan tumbuh-tumbuhan, maka Aplistos dengan rakus melahap semua daun pohon akasia itu.
Di sore hari yang cerah itu akhirnya Aplistos mati karena terlalu kenyang. Pohon akasia yang dicintainya pun hanya tersisa ranting-ranting yang segera kering lalu mati. Dan Nazzar pun gembira karena mendapatkan makanannya sore itu.

*Dari cerita Aplistos si Jerapah dan Burung Nazzar ini kita bisa belajar banyak hal. Yang pertama, belajar ramah-tamah. Menyambut dengan baik teman baru yang datang. Kedua, belajar berbagi. Walau mungkin teman kita tidak menginginkan apa yang kita miliki. Dan yang ketiga, belajar menahan diri dari sifat rakus. Sifat rakus itu merugikan diri kita sendiri dan orang lain.

Pict : https://id.pinterest.com/pin/164099980145888478/
Matheus Aribowo
Salatiga, 17 Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diambil dari : Suar Aksara - Sudah Saatnya (Bandung)

Puisi : Kamus Kecil - Joko Pinurbo

51 yang (Ber)lalu