Sajak Bebas : Mengenal Siapa Aku
Aku ingin menyaksikan diriku duduk di teras rumah bersama secangkir teh hangat
Menyaksikan senja yang tak pernah tenggelam si tepi langit
Jingganya terus saja berpendar ke ujung langit
Keemasan warnanya melunturkan warna langit yang katanya biru
Aku ingin hanyut dalam sunyinya senja bersama sebuah buku
Dan direngkuh keemasan cahaya senja yang tak pernah terbenam
Dalam sunyi ada kesedihan yang datang dari dalam diriku
Dalam kesedihan aku mengenal siapa aku
Seutuhnya aku, yang telanjang tanpa tipu daya dan persona
Aku selalu suka kesedihan, kesedihan yang tak pernah berusaha ku tinggalkan
Kesedihan yang memang lahir bersamaku dari rahim yang sama
Itulah aku, selalu percaya bahwa setiap manusia terlahir bersama kesedihan
Tangis yang meledak segera saat melihat dunia adalah buktinya
Itulah sejatinya kejujuran, telanjang dan bersuara lantang seperti tangisan
Tetapi manusia memang durhaka
Mereka tak pernah bertindak syukur atas yang ada dalam diri mereka
Termasuk juga kesedihan yang mereka miliki
Manusia selalu mencari kebahagiaan, terus saja mencari kebahagiaan
Mencarinya dengan mengorbankan apapun
Tetapi lihatlah, tak pernah mereka puas dengan kebahagiaan
Begitulah adanya, kita tak akan pernah puas dengan apa yang memang tak pernah kita miliki
Kebahagiaan bukanlah apa yang kita miliki, maka sebaiknya kita bagi
Bukan kita cari untuk kepentingan sendiri
Oleh karenanya, dalam kebahagiaan kita tak pernah menemukan siapa diri kita sebenarnya
Karena kita pun tak pernah mengenal kebahagiaan, sebagaimana kebahagiaan pun tak mengenal kita
Kebahagiaan yang tak dibagi akan merenggut sebagian diri kita
Yang ketika saatnya kita tersadar, kita akan kembali mencari
Terus mencari, tanpa henti hingga mati
Yang bahkan kesedihan tetap bersama kita dalam kematian
Ia setia dan tetap bersama kita walau kita tak pernah mencarinya
Aku mencintai kesedihanku karena di sana ada aku yang mengenal siapa aku
Matheus Aribowo
Salatiga, 13 Agustus 2017
Komentar
Posting Komentar