Bingkai Cerita Indah

08/02/2015
Hujan sore ini mengantarku pada cerita lawas masa kecil ku. Aku kecil kala itu tinggal bersama tiga orang yang sangat luar biasa. Baiklah aku perkenalkan mereka satu persatu. Yang pertama ialah, Nenek Paini (sbg Mbah Oyeng). “Oyeng” adalah plesetan dari bahasa jawa yang berarti poyeng atau kurus, karena beliau memang kurus.hehe Beliau adalah seorang wanita yang tegar, tangguh, penyayang dan pintar. Mbah Oyeng muda pernah punya mimpi menjadi seorang guru, walau mimpinya tak pernah menjadi nyata. Tetapi siapapun yang mengenal Mbah Oyeng pasti tau betapa baik hati dan pintarnya ia.

Kedua ialah, Widji (sbg Mbah Ndud). “Ndud” berarti gendut atau gemuk, sesuai postur yang dimiliki Mbah Ndud.hehe Beliau mantan pejuang bangsa Indonesia. Tetapi tak lama dan kemudian menjadi seorang “Dalang”. Menurut wikipidia, dalang begitu istimewa. Ya memang sebagaimana adanya dalang itu luar biasa. S”bab dia adalah sutradara, narator, penulis cerita, pemain karakter, bisa bernyanyi, dll. Dan keahlian itu tidak dari bangku sekolah seni, tapi ia peroleh turun temurun dari leluhurnya. Dalang adalah seniman yang luar biasa.

Dan yang terakhir ada Mbah Mombro (nama sebenarnya). Mbah Mombro adalah adik dari Mbah Ndud. Mbah Mombro pada masa mudanya adalah wanita yang cantik dan bersuara emas. Mbah Mombro bersama Mbah Oyeng menjadi sinden dalam pertunjukan wayang dimana Mbah Ndud sebagai dalang. Mbah Mombro banyak sekali penggemarnya waktu itu.hehe Bisa dikatakan dia seorang artis lokal di kota kami tinggal.

Mereka bertiga adalah orang-orang yang luar biasa yang Tuhan berikan dalam kehidupan ku. Sangat bersyukur aku kecil boleh hidup bersama mereka. Walau hanya sampai kelas 3 SD. Mereka dengan masing-masing karakternya mendidikku dengan cara yang istimewa. Kami berempat hidup dalam kesederhanaan. Rumah khas jawa yang terbuat dari kayu menjadi tempat kami berlindung dari panas dan hujan.

Ketika aku hidup bersama mereka, mereka tidak lagi menjadi mereka yang aku ceritakan tadi. Tetapi semangat hidup mereka tak pernah berubah. Mbah Oyeng berjualan lotek di pasar dekat rumah kami. Mbah Ndud menjadi pemahat patung wayang dari kayu, juga membantu Mbah Oyeng berjualan. Mbah Mombro berjualan jamu di dekat lapak lotek Mbah Oyeng.

Mereka tak pernah mau berhenti berkarya, dan tak pernah mau bersantai tanpa berbuat apapun di masa tua mereka. Tak ada keluh kesah dalam keseharian mereka. Membuat aku kecil bersemangat dan hidup penuh kasih. Sepulang sekolah aku selalu membantu Mbah Oyeng membereskan dagangannya yang selalu habis. Setelah itu menemani Mbah Ndud berkreasi dengan kayu-kayunya dihalaman rumah dibawah pohon jambu dan kelapa.

Masa kecil sederhana dan begitu indah. Jika malam datang aku tak pernah melewatkan jam berlajar bersama Mbah Oyeng dikamar kami. Mereka bertiga sangat peduli terhadap pendidikan. Terbukti dari dua anak mereka yang kini menjadi pahlawan tanpa tanda jasa (biasa orang menyebutnya). Terbukti pula pada cara didik mereka terhadap aku kecil.

Sejak TK aku selalu berprestasi baik dibidang akademik maupun seni dan olahraga. Beranjak SD aku selalu menjadi juara kelas, tentu karena rajin belajar bersama tiga Mbah keren ku itu.hehe Kehidupan aku kecil bersama mereka sungguh membuat aku lebih mudah belajar tentang kehidupan. Mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang kasih, tentang masa depan, tentang pengorbanan, tentang dedikasi, tentang perjuangan, tentang kesederhanaan dan banyak hal lagi.

Kak Philip Triatna dalam bukunya “Kembali Berdetak” menyampaikan bahwa, sesekali kita harus kembali kepada orang-orang yang mencintai kita. Kembali kepada mereka yang pernah hidup di hati kita dan membawa nilai-nilai kehidupan di hidup kita. Dari sana kita bisa bersyukur dan mengisi semangat untuk hidup kedepan yang lebih baik.

Walau mungkin kini mereka bertiga t’lah tiada, tetapi senyum mereka tak pernah terganti di hati ku. Tak kan ada lagi tatap muka atau sentuhan tangan mereka buatku. Tetapi melalui doa, kami bertemu dan mengucap syukur pada Sang Khalik Yang Maha Baik.


“Bingkailah setiap hal indah dalam hidup, s’bab suatu saat mereka akan membantumu bersyukur.” – Matth A



Pic : http://www.tempo.co/read/news/2014/10/03/117611663/Norwegia-Jadi-Negara-Idaman-Para-Kakek-dan-Nenek

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diambil dari : Suar Aksara - Sudah Saatnya (Bandung)

Puisi : Kamus Kecil - Joko Pinurbo

51 yang (Ber)lalu