Tau apa tentang cinta?
13th Friday 2015
Bulan ini (februari) selalu
dikaitkan dengan “Cinta atau Kasih Sayang”. Semua orang lantas mengaku punya
kasih atau punya cinta. Lalu yang lain akan meng-claim dirinya pantas atau layak dicintai. Realy? Seyakin apa kita bahwa kita layak dicintai dan kita punya
cinta?
Apasih ukuran dunia ini untuk
semua orang bisa bilang “aku punya cinta”? Apasih syaratnya untuk setiap orang
dapat mengaku “aku layak dicintai”? Ah sudahlah, mungkin sudah terlalu banyak
pertayaan. So, kita mulai saja cerita singkatnya.
Tapi sory, ada satu pertanyaan lagi untuk memulai. Cinta yang mana atau
cinta dari siapa yang pertama kali kita sadari kita rasakan di dunia ini?
Jawaban yang akan sering kita
dengar adalah “cinta dari Tuhan”. Lalu yang (mengaku) sayang keluarga akan
mengatakan “cinta dari orang tua”. Yang fanatik pada isme bahwa manusia adalah
makhluk sosial (mungkin) menjawab “cinta dari sesama atau lingkungan sekitar”.
Juga yang mencintai alam (mungkin) menjawab “cinta dari alam semesta”. Dan akan
diikuti jawaban-jawaban lain sesuai yang mereka alami.
Berharap tak bosan dengan
pertanyaan, lalu apa yang membuat kita sadar dan ingat tentang cinta yang
pertama kita sadari kita rasakan? Pertanyaan lebih simple, cinta seperti apa yang kita sadari kita rasakan? Kenapa kita sebut
itu cinta? Siapa yang memperkenalkan cinta pada kita? Sehingga kita mampu
membedakan itu cinta dan itu bukan. (walau sering juga lupa dan salah)
Ya, kita sering sok tau. Semua
hal (yang terlihat) baik dibilang itu cinta. Seakan cinta harus tampak baik.
Seakan cinta tak boleh bersembunyi. Seakan cinta bukan cinta kalau kita belum
melihat atau belum (sadar telah) merasakannya. Kita sering sok tau, memaksakan
cinta sesuai keinginan sendiri. Sesuai nalar pikiran sendiri, buikankah cinta
itu diluar nalar?
Arti cinta kemudian harus sesuai
nalar sendiri. Hei bangun! Tau apa kita tentang cinta? Manusia lemah, kita
menggeser arti cinta seenak sendiri. Kita ubah arti cinta ketika merasa cinta
tak membela kita. Kita maunya cinta itu ya bikin kita bahagia, sekarang juga. Kalau
sekarang tak bahagia lantas kita bebas mengatakan “aku tak punya cinta”. Sama
artinya “aku butuh dicintai”. Layak kah dicintai?
Kita selalu menuntut cinta datang
pada kita. Tanpa mengaku kitalah yang sebenarnya membuang cinta itu. Jika cinta
itu agung, akankah dia datang pada jiwa yang kotor dan angkuh? Jika cinta itu
suci, sudikah ia menghapus kebencian, amarah dan kesombongan dari dalam hati?
Anggaplah kita punya cinta, lalu untuk apa cinta itu? Sampai kapan cinta
itu tinggal dalam kita?
Darimana dunia tau kita punya
cinta? Jika dunia tak bisa merasakan cinta kita.
Aku bosan bertanya tentang cinta.
Tak ada kesimpulan untuk
pertanyaan atau apalah itu tentang cinta. Cinta terlalu agung untuk disimpulkan
dalam satu kalimat, satu paragraf, ataupun satu halaman, bahkan dalam sebuah
buku sekalipun. Ingat, jangan menyimpulkan apapun jika belum menjawab setiap
pertanyaan dalam tulisan ini!
Tetapi satu hal yang perlu kita
ingat, kita bukan hanya pembaca, tapi penulis dan semua orang yang mengaku
punya cinta dan layak dicintai ;
“Jangan ngaku punya “KASIH” jika masih mementingkan diri sendiri!”
Pict :https://ditsaaaiueo.wordpress.com/category/cinta/page/2/
'Jangan ngaku punya “KASIH” jika masih mementingkan diri sendiri!”
BalasHapusini daleeeeem
Hehehe terima kasih.
HapusSmoga berkenan, bantu share ya :)